Lawang Sewu atau yang memiliki arti Seribu Pintu adalah salah satu bangunan peninggalan zaman penjajahan. Bangunan yang terletak di bundaran Tugu Muda ini memang terlihat memiliki banyak sekali pintu. Tak terhindarkan cerita – cerita mistis mulai terdengar dan terus bergulir hingga generasi saat ini. Seolah setiap pintu dibangunan ini memiliki cerita yang berbau mistis dan membuat para pendengarnya merinding.
Bangunan Lawang Sewu ini memang
terlihat memiliki banyak sekali pintu, mungkin memang pintu – pintu tersebut
tersebar dan memiliki jumlah hingga 1000 pintu. Bungker yang terletak dibawah
bangunan ini menjadi tempat persediaan air kala itu, itulah penyebabnya hingga
saat ini air terus menggenangi bangunan tersebut. Karena Lawang Sewu sudah
menjadi objek wisata, air yang menggenang harus dipompa keluar agar bangunan
ini tidak tergenang oleh air.
Bungker yang berada di Lawang Sewu
ini juga dijadikan sebagai tempat pribumi ditahan, namun tempat ini tidak
pantas saat harus disebut penjara, karena yang berada disini pasti akan
merasakan siksaan yang amat berat. Terdapat tempat dengan ukuran sekitar 1,5
meter x 1,5 meter dijadikan tempat untuk beberapa orang. Dengan tinggi tak
lebih dari 60 cm tempat itu akan dialiri air hingga mencapai leher orang yang
tentunya berposisi jongkok di tempat tersebut, selanjutnya akan ditutup dengan
tralis besi dan tempat itu dijadikan tempat terakhir mereka.
Tempat dengan ukuran 60 cm x 1
meter juga terlihat seperti penjara, namun lagi – lagi beberapa orang sekaligus
akan dimasukkan disana dan ditutup dengan pintu besi hingga mereka mati di
dalamnya. Jika para tawanan itu belum mati setelah ditawan di penjara, maka
mereka harus dipenggal di ruangan khusus. Jasad mereka dibuang ke sungai kecil
yang terlekat tak jauh dari bangunan tersebut. Aroma aneh dan misterius juga
sering tercium oleh siapa saja yang berkunjung kesini.
Sebelum Jepang menjajah Indonesia,
bangunan ini menjadi kantor belanda yang mengatur perkereta-apian. Konon
katanya cerita mistis berawal saat Jepang mulai menduduki satu persatu wilayah
di Indonesia termasuk juga kota Semarang. Bangunan ini dijadikan salah satu
tempat tentara jepang untuk beristirahat.
Perebutan wilayah pun tidak
terhindarkan, bahkan kekerasan terhadap wanita Belanda juga terjadi. Tak hanya
membunuh dan menawan tentara Belanda, Jepang juga memperkosa para wanita –
wanita Belanda dan memenggal kepala mereka.
Dengan adanya penjajah yang
menduduki kota Semarang maka terjadilah berbagai macam pegerakan oleh
masyarakat pribumi yang biasa kita kenal dengan Pertempuran Lima Hari di
Semarang. Pertempuran itu terjadi di depan bangunan yang kini dikenal dengan
Lawang Sewu. Jasad yang tertinggal kala itu dijadikan satu di dalam ruangan –
ruangan sebelah kiri dan ditutup dengan semen agar bau menyengat jasad tersebut
tidak tersisa lagi. Tidak hanya satu atau dua jasad, konon dalam ruangan
tersebut ada ratusan bahkan ribuan jasad. Dari sinilah kisah mistis itu
dimulai, arena pertempuran darah melawan darah.
Lawang sewu adalah satu dari sekian
banyak saksi bisu kekejaman para penjajah terhadap pribumi. Tidak hanya dahulu,
hingga sekarangpun peristiwa tersebut terus membekas bagi negara kita ini. Pemerintah
tidak pernah menyinggung masalah ini dan juga tidak ada upaya untuk membuka ruangan
tersebut, mungkin mereka memiliki alasan yang cukup jelas tentang hal ini.
Apakah semua ini berdasarkan fakta?
ataukah hanya sebatas cerita turun temurun?.
Comments
Post a Comment